Reminder Kematian: Mahasiswa STDIIS Ajak Warga Pacitan Mengurus Jenazah

By: hardi

Leny Hasanah- Daksos

Selama pelatihan, peserta memperoleh materi fiqih jenazah mulai dari tata cara memandikan, mengkafani, menyalatkan, hingga menguburkan. Semuanya dirujuk pada Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah ﷺ. Foto-foto; Dok HSI BERBAGI.

Pacitan, hsi.berbagi.id– Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, berkata; “aku tidaklah pernah melihat suatu yang yakin kecuali keyakinan akan kematian. Namun sangat disayangkan, sedikit yang mau mempersiapkan diri menghadapinya,” tafsir Al Qurthubi.

Perihal kematian ini, Allah Azza wa Jalla juga mengatakan dalam firmannya; “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An Nisa’: 78).

Sebagai pengingat dan bentuk kesadaran akan kepastian itu, mendorong HSI BERBAGI berkolaborasi dengan mahasiswa Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah (STDI) Imam Syafi’i Jember  menyelenggarakan pelatihan pengurusan jenazah sesuai sunnah di Dusun Srau, Desa Candi, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan.

Kegiatan yang menggabungkan semangat dakwah dan aksi sosial ini diikuti 50 warga dari total 65 kepala keluarga di dusun tersebut, serta 15 mahasiswa KKN yang turut menjadi peserta sekaligus pendamping. Suasana pelatihan terasa hangat: warga antusias belajar, mahasiswa sigap mempraktikkan langkah demi langkah, dan modin setempat aktif memberikan masukan.

Melihat kebutuhan nyata di lapangan — seperti ketiadaan tenda pemandian yang membuat proses sering berlangsung di ruang terbuka dan berisiko dilihat orang yang tidak berkepentingan — HSI BERBAGI menyalurkan dukungan penuh sebesar Rp11 juta. Dana itu dipergunakan untuk pengadaan tenda pemandian, selang, dan drum, sehingga prosesi pemulasaran jenazah dapat dijalankan dengan tertutup, menjaga kehormatan jenazah, dan sesuai syariat.

Ketua KKN Kelompok 7, Hudzaifah Ibnu Anwar, menjelaskan bahwa inisiatif pelatihan pengurusan janaiz lahir dari keresahan bersama atas praktik yang masih bercampur adat dan kesalahan dalam praktiknya.

“Masih ditemui laki-laki yang memandikan atau melihat jenazah perempuan yang bukan mahram, dan sebaliknya. Ada pula adat-istiadat yang memberatkan keluarga si mayit. Alhamdulillah, kolaborasi dengan HSI BERBAGI memberi solusi—bukan hanya ilmu, tetapi juga fasilitas yang sangat dibutuhkan,” ujarnya kepada hsi.berbagi.id di Pacitan, Jumat (8/8/2025).

Selama pelatihan, peserta memperoleh materi fiqih jenazah mulai dari tata cara memandikan, mengkafani, menyalatkan, hingga menguburkan. Semuanya dirujuk pada Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah ﷺ. Setelah paparan teori, warga langsung praktik menggunakan perlengkapan baru agar terbiasa melaksanakan tata cara menurus jenazah dengan benar.

Mahasiswa KKN juga menyusun modul tertulis yang dirangkum dari beberapa kitab rujukan, sehingga materi dapat dipelajari kembali oleh warga kapan pun diperlukan. (baca juga; https://hsi.berbagi.id/aksi-nyata-hsi-berbagi-bersama-kkn-mahasiswa-stdiis-di-wilayah-minoritas)

”Respons masyarakat amat positif. Seorang modin Dusun Srau menyampaikan terima kasih, karena kegiatan ini membantu meluruskan kebiasaan yang terbentuk dari adat, sehingga praktik pengurusan jenazah kini lebih selaras dengan tuntunan nabi shalallahu a’laihi wasallam,” ucap Hudzaifah turut merasa bahagia.

Bagi HSI BERBAGI, program ini bukan sekadar sekali jadi: tentunya, ini menjadi bukti bahwa sinergi antara lembaga sosial dan institusi pendidikan mampu menghadirkan manfaat nyata—meluruskan pemahaman agama, meringankan beban keluarga yang berduka, mempererat ukhuwah, serta menyiapkan kader penerus yang siap menunaikan fardhu kifayah pengurusan jenazah di lingkungan mereka sesuai syariat. (sbn)

Komentar (0)

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *