Leny Hasanah- PAB

Saat ini, lebih dari 3000 santri yang berada di Ponpes Abu Hurairah Kecamatan Mataram, Nusa Tenggara Barat dan warga sekitar, merasakan manfaat air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, berwudhu, dan lainnya. Foto; Dok HSI BERBAGI.
Mataram, hsi.berbagi.id– Dalam keseharian, terkadang begitu mudahnya kita menyalakan keran air tanpa berpikir panjang. Air jernih pun mengalir deras, seakan tidak ada habisnya. Tapi, sadarkah kita banyak di pelosok negeri, ceritanya menjadi berbeda.
Ada anak-anak yang harus berjalan kiloan meter hanya untuk menimba beberapa liter air. Ada santri yang antre panjang setiap pagi untuk sekadar berwudhu. Sementara, ada pula keluarga yang menggantungkan hidup pada air tadah hujan, yang segera kering saat kemarau menghampiri.
“Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, warga membeli air menggunakan tangki atau berjalan sejauh 700 meter ke sumber air terdekat,” tutur Ketua Program Tanggap Bencana HSI BERBAGI, Akhuna Dovit Agususilo, mengenang pengalaman tim relawan saat mengerjakan proyek pipanisasi air bersih di Hunian Tetap Sumber Mujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, awal Januari 2025 lalu.
Betapa air menjadi kebutuhan dasar dan sangat penting bagi kehidupan. Namun, adakalanya di sebagian besar saudara kita yang terasa begitu sulit untuk mendapatkannya. Berangkat dari fakta yang ditemui di lapangan, HSI BERBAGI pun mencoba hadir lewat Program Air Bersih (PAB) sebagai ikhtiar kolektif. Sekaligus menjadi jawaban dan membuka jalan bagi para muhsinin untuk meraih amal jariyah yang tidak terputus.
Dari Bedah Rumah ke Sumur Bor
Ketua Program Air Bersih HSI BERBAGI, Novantio, menjelaskan, PAB lahir dari dua pertimbangan utama. Pertama, banyak muhsinin yang ingin memiliki amal jariyah dengan manfaat luas.
Kedua, hasil evaluasi HSI BERBAGI menunjukkan bahwa dibandingkan Program Bedah Rumah yang pernah dilaksanakan HSI BERBAGI sebelumnya, maka penyediaan air bersih lebih tepat guna dan menjangkau lebih banyak orang.
Untuk proses awal Program Air Bersih HSI BERBAGI, Novantio mengatakan bahwa setiap pengajuan dimulai dari kelengkapan administrasi pemohon. Setelah berkas diverifikasi, panitia menelaah potensi air tanah di lokasi melalui Google Maps atau Google Earth. Indikasi seperti aliran sungai atau perbukitan menjadi acuan awal.
Jika dianggap memungkinkan, panitia menanyakan apakah sudah ada sumur bor di sekitar area. Informasi ini penting untuk memperkirakan kedalaman. Namun, bila tidak ada data pembanding, panitia menyewa tenaga survei geolistrik guna memperkirakan kedalaman sumber air tanah.
Kriteria utama tetap pada kebutuhan riil masyarakat atau pondok pesantren. Karena dana berasal dari muhsinin, seleksi dilakukan sangat ketat. “Penolakan bisa terjadi meskipun hanya satu syarat tidak terpenuhi. Kami harus hati-hati agar kepercayaan muhsinin tetap terjaga,” tegasnya.
Tantangan yang Dihadapi
Menurut Novantio, tantangan terbesar ada pada minimnya data geologi dan geografis. Air tanah tidak tampak di permukaan, sementara regulasi pemerintah mewajibkan pengeboran minimal 25 meter agar tidak mengganggu air permukaan masyarakat.
“Kami juga harus sangat hati-hati memilih pelaksana pengeboran. Screening dilakukan dengan ketat, bahkan sejak proses seleksi online. Alhamdulillah, sejauh ini Allah mudahkan kami untuk mendapatkan tenaga yang kompeten,” ujarnya.
Sejak 2024 hingga 2025, HSI BERBAGI berhasil membangun sejumlah titik sumur bor, di antaranya:
1.Dusun Tanjungrambutan, Kabupaten Kampar, Riau.
2.Desa Banyuurip, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
3.Desa Cikembar, Sukabumi, Jawa Barat.
4.Mahad Ilmi HSI AbdullahRoy, Pandeglang, Banten.
5.Ponpes Abu Hurairah, Mataram, Nusa Tenggara Barat.
6.SMA IT HSI, Sukabumi, Jawa Barat (masih proses).
7.Yayasan Ma’hadul Qur’an, Boyolali, Jawa Tengah (masih proses).
Jumlahnya memang belum banyak, tetapi setiap lokasi dipilih dengan penuh kehati-hatian agar manfaatnya nyata. Di Sukabumi, misalnya. Proyek menelan biaya lebih dari Rp100 juta. Kedalaman sumur mencapai 90 meter, kapasitas tandon diperbesar hingga 10.200 liter, dan jalur distribusi air dibentangkan cukup jauh. Hasilnya, bukan hanya untuk kebutuhan SMA IT HSI, tetapi juga warga sekitar. (baca juga; https://hsi.berbagi.id/jejak-perjuangan-dua-pengeboran-baru-program-air-bersih-hsi-berbagi-2025)
Dulu Antre, Kini Air Mengalir
Alhamdulillah, hadirnya PAB benar-benar terasa manfaatnya di lapangan. Di Kampar, Riau, seorang warga bernama Bakri menggambarkan perasaan warga desanya setelah mendapatkan akses air bersih.
“Dulu kami harus antre lama atau membeli air untuk kebutuhan harian. Sekarang, alhamdulillah, sumur dari HSI BERBAGI ini benar-benar membantu. Anak-anak bisa mandi dengan tenang, ibu-ibu bisa masak tanpa khawatir kehabisan air. Terima kasih kepada para muhsinin yang sudah peduli. Semoga program ini terus berlanjut ke desa-desa lain,” katanya semringah.
Sementara itu, Ustadz Abdullah Roy turut menyampaikan doa dan apresiasinya. “Kita berdoa semoga Allah Ta’ala memberikan pahala berlipat kepada antum semua. Setiap tetes air yang dimanfaatkan para penuntut ilmu dan masyarakat, insyaallah menjadi jariyah. Baarakallahu fiikum,” ucap Ustadzuna.
Melihat kebahagiaan dan apresiasi dari para penerima manfaat PAB, HSI BERBAGI berharap program ini terus berjalan dari tahun ke tahun. Setiap sumur yang tetap berproduksi berarti mengalir pula pahala jariyah bagi para muhsinin yang berkontribusi.
Untuk 2026, perbaikan prosedur akan menjadi prioritas. Selain itu, HSI BERBAGI juga merencanakan sinergi dengan program tanggap bencana untuk memperkuat giat pipanisasi, sehingga distribusi air bisa lebih maksimal.
“Kami ingin bukan hanya menggali sumur, tapi juga memastikan air bisa sampai dengan baik ke masyarakat,” tutup Novantio.
Dari setiap sumur yang digali, lahir harapan baru: santri bisa lebih tenang belajar, keluarga tak lagi resah mencari air, dan masyarakat kembali merasakan nikmatnya mendapatkan akses air bersih. Semoga ikhtiar kecil ini terus bertumbuh menjadi gelombang kebaikan yang lebih luas, dan setiap tetes air yang mengalir menjadi saksi amal jariyah para muhsinin hingga hari akhir.(sbn)
Komentar (0)
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!
Tinggalkan Komentar