Ekspedisi Dakwah Mentawai: Sinergi FKMM dan HSI BERBAGI untuk Bumi Sikerei

By: hardi

Leny Hasanah- Daksos

Para mahasiswa, peserta ekspedisi pedalaman Mentawai menyebar ke berbagai dusun dan desa untuk melakukan pembinaan langsung di tengah masyarakat minoritas. Foto-foto; Dok HSI BERBAGI.

Mentawai, hsi.berbagi.id – Mentawai kembali menjadi saksi semangat dakwah dari anak-anak Minang yang tergabung dalam Forum Komunikasi Mahasiswa Minang (FKMM) dari berbagai kampus dalam dan luar negeri.

Kegiatan bertajuk “Ekspedisi Dakwah Kepulauan Mentawai 2025 FKMM” ini dilaksanakan pada 22–29 Juli 2025 di Kepulauan Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, menjadi kelanjutan dari agenda tahunan yang telah berlangsung sejak beberapa tahun terakhir, dengan skala dan persiapan yang terus meningkat.

Mengusung tema “Mangukuahkan Tauhid Sarato Iman di Bumi Mentawai Basamo Mahasiswa Minang”, serta jargon “Babaliak ka Kampuang, Mambangkik Batang nan Tarandam, Basamo Mangko Manjadi”, ekspedisi ini bukan hanya bentuk dakwah, tapi juga representasi kepedulian anak-anak Minang terhadap kampung halaman, terutama di wilayah yang secara demografis masih tergolong minoritas muslim.

Ketua FKMM, Syaiful Ma’arif, menyatakan, ekspedisi dakwah ini merupakan panggilan nurani untuk bersama-sama memperkuat keislaman di Mentawai.

“Setiap orang punya andil. Kalau sendiri mungkin kurang kuat, tapi kalau bersama insyaAllah bisa. Kami ingin teman-teman juga ingat kampungnya sendiri,” ujarnya kepada hsi.berbagi.id di Sumatra Barat, Selasa (5/8/2025).

Fokus utama ekspedisi adalah pendampingan dan pembinaan terhadap para mualaf di wilayah Siberut Tengah, Siberut Barat Daya, dan Siberut Selatan, serta peningkatan kapasitas untuk para dai pedalaman. Sebagian besar kegiatan pelatihan terpusat di Islamic Center Mentawai, dengan materi utama seperti praktik shalat jenazah, penguatan akidah, hingga pembagian zakat dan bantuan sosial. (baca juga; https://hsi.berbagi.id/safari-dakwah-fkmm-2025-mengukir-dakwah-menyemai-harapan-di-kajai)

Para mahasiswa, yang menjadi peserta ekspedisi juga disebar ke berbagai dusun dan desa untuk melakukan pembinaan langsung di tengah masyarakat. Mereka mengajarkan pendidikan agama, membagikan pakaian layak pakai, dan berinteraksi secara langsung dengan masyarakat lokal, termasuk anak-anak yang antusias mengikuti berbagai kegiatan keislaman.

Semangat Menggelora, Ajarkan Ilmu Al-Qur’an

Sebagian dai lokal yang baru mulai belajar membaca Al-Quran memperoleh pendampingan intensif dari peserta ekspedisi. Masyaallah.

Kegiatan dakwah tahun ini tersebar di beberapa titik, yakni:

  • Islamic Center Mentawai sebagai pusat pelatihan dai pedalaman.
  • Wilayah Siberut Tengah: Dusun Simoilak-Lak, Dusun Siri Surak, Dusun Saibi Muara, Dusun Gulu-Guluk, Desa Saliguma, Dusun Cimpungan, dan Dusun Tinambu.
  • Wilayah Siberut Barat Daya: Dusun Sarausau (Desa Katurei) dan Dusun Malilimok (Desa Katurei).
  • Wilayah Siberut Selatan: Desa Matotonan dan Desa Muntei.

Kolaborasi berbagai pihak menjadikan ekspedisi ini semakin solid. Yayasan Dareliman Padang, Divisi Dareliman Peduli, Surau TV, dan khususnya HSI BERBAGI, memberikan dukungan penuh baik dari segi SDM, logistik, hingga dana.

Tahun ini, Ketua Divisi HSI BERBAGI, Mujiman Abu Ibrahim, bahkan turut mendampingi langsung kegiatan dari awal hingga akhir.

Dukungan HSI BERBAGI meliputi pemberian zakat sebesar Rp2 juta per dai untuk 30 orang, serta penyaluran Rp55 juta dana zakat kepada mualaf di dusun-dusun sasaran. Media dan relawan HSI AbdullahRoy juga membantu dokumentasi serta distribusi konten dakwah melalui berbagai saluran.

FKMM mengungkapkan bahwa persiapan telah dimulai sejak selesai ekspedisi tahun 2024, dengan pembentukan tim pelaksana dan proses seleksi yang ketat. Hanya peserta dengan visi dan misi yang sejalan dengan semangat dakwah FKMM yang terpilih untuk ikut serta.

“Meskipun peminat sangat banyak, kuota terbatas dan seleksi ketat membuat tidak semua bisa berangkat,” tambah Syaiful.

Meski penuh semangat, ekspedisi ini tetap menghadapi sejumlah tantangan besar. Akses ke lokasi masih mengandalkan transportasi sungai dan laut, jalan darat terbatas, cuaca kerap tidak mendukung, serta minimnya listrik dan jaringan komunikasi. Faktor bahasa daerah juga menjadi hambatan, karena banyak warga yang belum fasih berbahasa Indonesia.

Namun, di tengah keterbatasan itu, respon masyarakat luar biasa. Tidak hanya mualaf, tetapi juga anak-anak non-muslim turut mengikuti kegiatan, setelah sebelumnya mendapatkan izin dari tokoh adat dan nagari setempat. Sebagian dai lokal yang baru mulai belajar membaca Al-Quran kini memperoleh pendampingan intensif dari peserta ekspedisi.

Harapan di Balik Keindahan Mentawai

Dalam ekspedisi kali ini, para mahasiswa menghadapi sejumlah tantangan besar. Akses ke lokasi masih mengandalkan transportasi sungai, laut, dan jalan darat yang terbatas. Namun, semangat mereka dalam berdakwah menggelora di tengah keterbatasan yang dihadapi.

FKMM menyadari bahwa pendekatan tahunan belum cukup. Oleh karena itu, mereka merencanakan pembinaan lanjutan melalui koordinasi jarak jauh dan tetap membuka kolaborasi dengan berbagai lembaga keislaman dan kemanusiaan.

“Dakwah butuh sinergi. Semua harus ambil peran. Di balik keindahan Mentawai, masih banyak saudara kita yang harus disentuh dan diluruskan keimanannya. Insyaallah pada tahun 2030, 51 persen penduduk Mentawai telah memeluk Islam,” ungkap Syaiful penuh harap.(sbn)

Komentar (0)

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *