Leny Hasanah- Kabar Yayasan
Ketua Divisi HSI BERBAGI, Mujiman Abu Ibrahim bersama, Pembina IFI Arifin Purwakananta, Timbalan Ketua Pegawai Eksekutif Operasi PPZ MAIWP, Encik Mohammad Hasan, dan Angga Pratama saat lawatan studi banding dalam pengelolaan zakat, bertajuk “Belajar dari Lembaga di Malaysia.” Foto-foto; Dok HSIB.
Kuala Lumpur, berbagi.hsi.id– Sebagai lembaga filantrofi yang bergerak di bidang dakwah dan sosial, HSI BERBAGI berkomitmen untuk terus belajar dan berkembang demi kemaslahatan umat. Sebagai bentuk implementasi prinsip tersebut, Yayasan HSI BERBAGI berpartisipasi dalam program studi banding pengelolaan zakat bertajuk “Belajar dari Lembaga di Malaysia.”
Program yang digagas oleh Institut Fundraising Indonesia (IFI) ini diikuti oleh 36 perwakilan lembaga zakat dari berbagai kota di Indonesia, termasuk Jakarta, Bandung, Solo, Depok, dan Surabaya, berlangsung selama tiga hari, 24-26 November 2024, di Kuala Lumpur, Malaysia. Adapun, lembaga yang turut hadir digelaran tersebut, diantaranya; Yatim Mandiri, Zakat Sukses, dan Lembaga Management Infaq (LMI).
Ketua Divisi HSI BERBAGI, Mujiman Abu Ibrahim, yang hadir bersama seorang anggota timnya, Angga Pratama, menyampaikan rasa syukur dan antusiasmenya atas kesempatan yang berharga tersebut.
“Alhamdulillah, kami berharap dapat memahami dan mengadopsi praktik terbaik pengelolaan zakat di Malaysia untuk meningkatkan manfaat yang dirasakan oleh umat melalui Yayasan HSI BERBAGI,” ujar Mujiman.
Program ini berlangsung di dua lokasi strategis, yaitu Pusat Pungutan Zakat (PPZ) Malaysia di Wisma PPZ, Taman Shamelin Perkasa, serta Institut Kemahiran Baitul Maal di Taman Maluri, Kuala Lumpur. Peserta diterima langsung oleh perwakilan lembaga zakat setempat, Timbalan Ketua Pegawai Eksekutif Operasi PPZ MAIWP, Encik Mohammad Hasan, yang turut menyambut dan memandu kunjungan ke kelas-kelas pelatihan yang dilakukan.
Materi pelatihan juga disampaikan oleh Pembina IFI, Arifin Purwakananta, dan Direktur IFI, Sri Sugiyanti. Topik utama mencakup pengelolaan zakat berbasis regulasi, teknik pengumpulan zakat modern menggunakan pendekatan fundraising, penyaluran zakat produktif, dan transparansi dalam manajemen zakat.
“Sangat menarik, suasana pelatihan tenang dan interaktif. Materi yang disampaikan jelas, mencakup topik-topik strategis seperti pengumpulan zakat, teknik fundraising, penyaluran zakat produktif, hingga sistem pengelolaan berbasis regulasi dan transparansi,” ungkap Mujiman menambahkan.
Selain mendapatkan wawasan, peserta juga dapat berdiskusi melalui sesi tanya jawab yang menjadi ajang berbagi pengalaman antar lembaga dalam pengelolaan zakat di daerah masing-masing.
Mujiman menyoroti keunggulan sistem pengelolaan zakat di Malaysia, yang didukung penuh oleh pemerintah. Salah satu kekuatannya adalah kewajiban membayar zakat yang diberlakukan kepada seluruh warga negaranya. Selain memperoleh ilmu baru, HSI BERBAGI juga memanfaatkan kegiatan ini untuk memperluas jejaring dengan lembaga-lembaga zakat lainnya di Indonesia.
Mengembangkan Fundraising di Indonesia
Peserta studi banding dari beberapa lembaga di Indonesia, saat berada di Bandara Kuala Lumpur Malaysia.
Pembina IFI, Arifin Purwakananta, menyampaikan harapannya agar kegiatan ini membuka peluang kerja sama dan sinergi lintas lembaga untuk menciptakan gerakan zakat yang lebih besar dan progresif.
“Kami ingin para peserta memperbarui wawasan mereka tentang tata kelola zakat. Dengan belajar dari Malaysia, yang notabene adalah negara serumpun, kita bisa mengambil pelajaran dari manajemen, regulasi, hingga penegakan pengelolaan zakat yang lebih baik,” jelasnya.
Arifin juga menambahkan bahwa perbedaan mendasar antara pengelolaan zakat di Malaysia dan Indonesia, seperti sistem kelembagaan dan regulasi, memberikan tantangan sekaligus peluang.
Di Malaysia, setiap provinsi memiliki satu lembaga zakat resmi yang dibentuk pemerintah, sedangkan di Indonesia gerakan zakat lebih beragam dan dikelola oleh masyarakat dengan pengawasan pemerintah. Jumlah Muslim di Indonesia yang mencapai 99% dibandingkan 60% di Malaysia menunjukkan potensi besar yang bisa terus dikembangkan.
IFI sebagai lembaga nirlaba, tambah Arifin, memiliki misi mendorong pengembangan tenaga fundraising profesional di Indonesia melalui pelatihan, seminar, kunjungan lapangan, dan dialog lintas lembaga. Harapannya, kegiatan seperti ini mampu menciptakan sinergi untuk membangun gerakan zakat yang lebih besar dan lebih baik di masa depan.
“Mudah-mudahan kegiatan ini menyenangkan dan memberikan hasil yang baik kepada peserta,” tutupnya.
Masyaallah, semoga ilmu yang didapat selama studi banding ini memberikan manfaat besar bagi umat dan mendorong kebangkitan pengelolaan zakat yang lebih transparan, profesional, dan berdaya guna di Indonesia.(sbn)