Leny Hasanah- SAY

Program SAY HSI BERBAGI 2025 hadir dengan visi besar: memberdayakan, bukan hanya memberi. Harapan ke depan, para orang tua atau wali dari anak-anak yatim penerima bantuan dapat diberikan pelatihan keterampilan agar mampu mandiri secara finansial. Foto; Ilustrasi-Ist.
Malang, hsi.berbagi.id– Program Santunan Anak Yatim (SAY) kembali digulirkan oleh HSI BERBAGI pada tahun 2025. Program ini dirancang untuk menyapa dan menguatkan 120 anak yatim dari keluarga dhuafa yang sangat membutuhkan perhatian dari kita semua.
Tentu saja, program ini diharapkan tidak hanya memberikan bantuan finansial, tapi juga sebagai ikhtiar HSI BERBAGI dan seluruh kaum muslimin dalam menumbuhkan harapan dan menanamkan semangat kemandirian sejak dini.
Ketua Program SAY HSI BERBAGI, Rita Mudjiati, menyampaikan bahwa kehadiran kembali program ini dipicu oleh kekosongan program khusus anak yatim yang sebelumnya hanya hadir dalam skala terbatas, seperti pada program Ramadhan.
“Jadi, kami merasa terpanggil untuk menghidupkannya kembali dengan struktur yang lebih kuat dan cakupan yang lebih luas,” ujarnya kepada https://hsi.berbagi.id, Sabtu (10/5/2025) di Malang, Jawa Timur.
Program SAY pertama kali diluncurkan secara resmi pada tahun 2021. Namun, cikal bakalnya sudah berjalan sejak Januari 2020 dengan nama Beasiswa Yatim dan Dhuafa. Saat itu, sasarannya masih mencakup anak-anak dari para armalah, baik yang ditinggal wafat ayahnya maupun cerai hidup. Seiring evaluasi dan kebutuhan penyaringan yang lebih spesifik, fokus program kemudian diperjelas menjadi khusus untuk anak-anak yatim sesuai kriteria syariat.
Salah satu tantangan yang masih sering dihadapi adalah pemahaman masyarakat terkait definisi yatim. Tidak sedikit yang menganggap bahwa anak berusia 17 tahun yang belum bekerja masih termasuk yatim, padahal secara syariat, status yatim hanya berlaku hingga anak mencapai usia baligh—yakni ketika perempuan sudah haid dan laki-laki telah mimpi basah.
Untuk tahun ini, HSI BERBAGI menargetkan 120 anak sebagai penerima manfaat, dengan total Rencana Anggaran Biaya (RAB) sebesar Rp720.000.000,- yang bersumber sepenuhnya dari dana zakat. Bantuan akan diberikan kepada anak-anak yatim dari keluarga dhuafa yang memenuhi kriteria tersebut, belum pernah menerima bantuan dari HSI BERBAGI dalam satu tahun terakhir, dan hanya satu anak yang bisa diajukan dari setiap keluarga.
Bangun Dukungan dan Kepercayaan
Atas izin Allah, seiring dengan penguatan program yang dijalankan, HSI BERBAGI terus membangun kepercayaan publik dalam pengelolaan dana zakat. Dengan dukungan semua pihak yang terlibat, HSI BERBAGI terus berikhtiar menjadi lembaga yang dipercaya masyarakat untuk menyalurkan zakat mereka, khususnya bagi yang telah mencapai nishab dan haul.
Dana zakat yang terkumpul akan disalurkan secara transparan dan terstruktur melalui program-program sosial seperti SAY dan program lainnya yang dikelola secara amanah. Proses penilaian dan verifikasi calon penerima dilakukan menggunakan sistem yang telah teruji di berbagai program HSI BERBAGI sebelumnya.
Dalam program SAY kali ini, yang membedakan adalah nilai bantuannya yang lebih besar, mengingat tujuan SAY adalah memenuhi kebutuhan mendasar yang sifatnya jangka menengah hingga panjang.
Saat ini, tim HSI BERBAGI tengah merampungkan Broadcast (BC) sebagai langkah awal publikasi dan penjaringan peserta. Kali ini, mekanisme rekomendasi diperluas. Jika sebelumnya hanya pengurus yang dapat mengajukan calon penerima, kini seluruh santri HSI berhak merekomendasikan anak yatim dari lingkungan sekitar mereka, selama jaraknya tidak lebih dari 5 km dari tempat tinggal yang merekomendasikan.
Tak berhenti di pemberian santunan, SAY 2025 hadir dengan visi besar: memberdayakan, bukan hanya memberi. Harapan ke depan, para orang tua atau wali dari anak-anak yatim penerima bantuan dapat diberikan pelatihan keterampilan agar mampu mandiri secara finansial.
“Tidak terus-menerus menerima santunan setiap tahun, tapi justru bisa bangkit dan menghidupi keluarganya sendiri,” tutur Rita.
Evaluasi dari pelaksanaan sebelumnya juga menunjukkan adanya kendala dalam menjangkau penerima manfaat akibat terbatasnya jalur rekomendasi. Dengan sistem baru yang lebih terbuka dan edukasi syariat yang lebih masif, HSI BERBAGI berharap program tahun ini lebih mudah dijangkau dan tetap tepat sasaran.
Masyarakat luas dan muhsinin diajak untuk mengambil peran dalam program ini—melalui zakat, infaq, tenaga, atau sekadar menyebarkan informasi. Karena bagi mereka yang kehilangan pelindung di usia dini, satu bantuan kecil bisa jadi penentu arah hidup. Dan, dari tangan-tangan orang baik, cahaya baru bisa menyala di hati anak-anak yang selama ini tumbuh dalam keterbatasan.(sbn)