Leny Hasanah- Tanggap Bencana

Peserta daurah di sesi akhir foto bersama dengan rekan sesama relawan. Dalam giat Daurah MBA #2 ini HSI BERBAGI mengirimkan 6 orang relawan, diantaranya; Wakil Ketua Program Tanggap Bencana HSI BERBAGI Agung Prabowo, Sopian Awaludin, Sudiatmo, Desrizal, Irvan Maulana dan Asprie Suseno. Foto; Dok HSI BERBAGI.
Garut, hsi.berbagi.id– Suasana penuh semangat dan kehangatan ukhuwah begitu terasa pada pelaksanaan Daurah Relawan Nasional #2 tahun 2025 yang digelar Markaz Bersama Assunnah (MBA) selama tiga hari, 31 Oktober-2 November 2025 di Watu Gambir, Karanganyar, Jawa Tengah.
Dauroh akbar ini dihadiri sekitar 600 relawan dari berbagai daerah di Indonesia, mewakili lebih dari 200 lembaga sosial.
Dengan mengusung tema ”Kembali Kepada Ilmu”, kegiatan ini menghadirkan sejumlah pemateri dan pembimbing, di antaranya Ustadz Mubarak Bamualim, Ustadz Syafiq Riza Basalamah, Ustadz Musyafa Ad Dariny, Ustadz Fauzi Basulthona, Ustadz Muhammad Wujud Arba’in, Ustadz Abu Qatadah, Ustadz Aris Sugiantoro, serta perwakilan dari BPBD dan Basarnas.
Bagi para relawan, termasuk dari HSI BERBAGI, daurah ini bukan sekadar kegiatan pelatihan. Tapi, menjadi ruang untuk menata kembali niat, memperkuat ilmu, dan memperbaharui semangat pengabdian di jalan dakwah dan kemanusiaan.
“Daurah ini seperti perjalanan hati,” tutur Sopian Awaludin, salah satu relawan Tanggap Bencana HSI BERBAGI yang turut hadir.
“Jadi, kami diingatkan kembali bahwa kerja sosial tidak cukup hanya dengan semangat, tapi harus dibangun di atas ilmu dan tauhid yang benar. Sebab amal tanpa ilmu bisa menjadi lelah yang sia-sia, sementara amal dengan niat ikhlas akan bernilai ibadah di sisi Allah,” ceritanya lagi kepada hsi.berbagi.id di Garut, belum lama ini.
Sopian menambahkan, selama kegiatan, para asatidz memberikan pembinaan yang menyejukkan jiwa. Salah satu pesan yang paling membekas adalah relawan sejati bukan hanya sigap di lapangan, tapi yang hatinya lurus di hadapan Allah.
Pesan ini menjadi pengingat kuat bagi para peserta, bahwa menjadi relawan tidak sekadar membantu sesama, tetapi juga menjaga niat dan adab dalam beramal.
Suasana daurah pun berlangsung hangat dan penuh kekeluargaan. Para relawan dari berbagai daerah saling berinteraksi, berbagi pengalaman, dan menguatkan satu sama lain di atas semangat dakwah. Di tengah alam yang tenang, mereka juga diajak merenungi makna menjadi relawan sunnah yang beramal dengan ilmu, dengan adab, dan dengan cinta kepada Allah serta Rasul-Nya ﷺ.
“Bagi saya, daurah ini seperti momen menata ulang hati. Kami pulang dengan hati yang lebih tenang, ilmu yang bertambah, dan semangat yang kembali hidup,” Sopian mengungkapkan.
Sementara itu, pihak panitia menyebut Daurah Relawan MBA direncanakan menjadi agenda rutin tahunan, agar pembinaan relawan bisa terus berkesinambungan. Harapannya, kegiatan ini dapat melahirkan lebih banyak relawan yang beramal dengan ilmu, berkhidmat dengan ikhlas, dan istiqamah di jalan kebaikan.
Di akhir acara, para peserta membawa pulang bukan hanya catatan materi, tetapi juga pengalaman spiritual yang mendalam seperti baterai iman yang terisi kembali, siap menyalakan semangat dakwah di tempat mereka masing-masing.
Perintah Menuntut Ilmu dan Akhlak Mulia
Dalam tausiahnya Ustadz Dr. Fauzi Basulthona, MA mengatakan pentingnya bagi seorang muslim untuk menuntut ilmu. “Baik urusan dunia ataupun akhirat, kita semua diperintahkan untuk kembali kepada ilmu,” ujar Ustadz Basulthona Hafizhahullah kepada para relawan yang hadir.
Dijelaskan dalam perjalanan sebagai seorang hamba, seseorang akan dihadapkan atau menjalani 4 fase pembelajaran, diantaranya; berilmu, beramal, berdakwah dan bersabar.
Sebagaimana Allah ta’ala berfirman,
وَمَنۡ أَحۡسَنُ قَوۡلٗا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِينَ
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?” (QS. Fuşşilat 41:33)
“Ayat di atas sangat jelas menekankan bahwa kebaikan terbaik adalah, dengan menyeru kepada Allah Ta’ala. Dalam hal ini, dakwah dapat dilakukan secara bil lisan dan dakwah bil haal atau dengan sikap serta perbuatan,” tegasnya menambahkan.
Di kesempatan yang sama Ustadz Muhammad Wujud Arbain, Lc Hafizhahullah memberikan nasihat yang sangat menyentuh tentang pentingnya bekal akhlak yang mulia.
Disebutkan, akhlak yang mulia tercermin dalam diri seseorang mencakup 3 hal. Seperti yang disampaikan Imam Hasan Al Bashri Rahimahullah:
1. Selalu menebar kebaikan dan maslahat di manapun berada. Berdakwah dengan berbagi atau membantu lebih memiliki efek dari pada berdakwah di atas mimbar.
2. Selalu menjaga diri dan tidak membuat orang terganggu di manapun berada.
Sebagaimana, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya”
3. Selalu menampakkan wajah semringah dan ceria dalam kondisi apapun.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
“Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun juga, walau engkau bertemu saudaramu dengan wajah berseri” (HR. Muslim: 2626).
Syaikh Ali al Halabi al Atsari, juga berkata,
“Ada sebagian orang yang akidahnya tercampur dengan kesyirikan, amalannya tercampur dengan bid’ah, dakwahnya tercampur dengan kejahilan, namun orang orang malah mendekat.
Sedangkan ada orang yang akidahnya dibangun di atas tauhid, amalannya di atas sunnah, dakwahnya di atas ilmu. Namun, orang malah menjauh dari mereka. “Demi Allah, yang menyebabkan hal tersebut adalah akhlak.”(sbn)
Komentar (0)
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!
Tinggalkan Komentar