Cakupan Lebih Luas, Program SAY Wujud Kepedulian dan Lindungi Anak Yatim

By: hardi

Leny Hasanah- Program SAY

Menjaga dan melindungi anak yatim/ Ilust-Ist

Malang, hsi.berbagi.id– Program Santunan Anak Yatim (SAY) HSI BERBAGI adalah sebuah ikhtiar yang menggerakkan dan menyentuh hati seluruh kaum muslimin dalam melindungi anak yatim, sebagai generasi penerus yang teruji secara sosial dan ekonomi dalam menatap masa depan.

Pertama kali hadir tahun 2021, berawal dari Beasiswa Yatim dan Dhuafa yang diluncurkan sejak Januari 2020 silam. Saat itu, sasarannya adalah anak-anak dari para armalah—baik yang cerai mati maupun hidup—dengan sistem seleksi ketat berbasis data internal HSI AbdullahRoy.

Namun, dalam perjalanannya, kini difokuskan hanya untuk anak-anak yatim yang belum baligh, agar sesuai dengan kriteria syariat.

Sempat vakum selama tiga tahun, karena Program SAY sebelumnya direncanakan akan digantikan oleh Program KOTA (Kakak dan Orang Tua Asuh) yang qadarullah belum terealisasi—maka pada tahun 2025 menjadi momentum kebangkitan kembali program ini. Meski, sejatinya, program bantuan kepada anak yatim ini tetap diberikan dalam skala sederhana setiap Ramadhan. 

Kini, Program Santunan Anak Yatim kembali hadir dengan skema yang lebih matang, cakupan yang diperluas, dan semangat pemberdayaan yang lebih kuat.

”Program SAY 2025 menargetkan lebih kurang 120 anak yatim dari keluarga dhuafa dengan total anggaran sebesar Rp720 juta, seluruhnya berasal dari dana zakat,” jelas Ketua Program SAY HSI BERBAGI, Rita Mujiati belum lama ini.

Ia menjelaskan, ada beberapa kriteria untuk Program SAY tersebut, di antaranya yatim (ayah wafat), belum baligh (perempuan belum haid, laki-laki belum mimpi basah), berasal dari keluarga dhuafa, belum pernah menerima bantuan dari HSI BERBAGI dalam satu tahun terakhir, serta satu keluarga hanya boleh mengajukan 1 anak yatim.

Proses pendaftaran juga dibuka secara luas melalui formulir digital dan diperluas agar tidak hanya pengurus HSI/HSI BERBAGI yang bisa merekomendasikan, tetapi juga semua santri HSI, selama jarak dengan calon anak yatim tidak lebih dari 5 kilometer.

Hingga penutupan pendaftaran per 26 Mei 2025, jumlah pemohon yang masuk sebanyak 63 orang, tetapi hanya 56 permohonan yang dapat ditindaklanjuti dalam tahapan seleksi awal dan sisanya tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Dalam pelaksanaannya, target penyelesaian program selama dua bulan. Namun, proses sedikit molor karena BC (broadcast) informasi SAY baru berjalan efektif dua minggu lebih lambat dari rencana. Namun, tim tetap optimis program akan selesai sesuai waktu yang ditargetkan.

”Saat ini tim sedang melakukan verifikasi terhadap seluruh permohonan yang masuk. Biidznillah, semoga target kami menyelesaikan program ini selama 2 bulan dapat tercapai. Semoga Allah mudahkan semua urusan kita,” tutur Rita meyakinkan.

Semangat untuk Bangkit

Program Santunan Anak Yatim 2025 bukan sekadar tentang pemberian santunan tahunan, tetapi bagian dari visi besar untuk membangun ketahanan dan semangat untuk bangkit bagi keluarga yatim.

Dalam rapat internal HSI BERBAGI, Rita menjelaskan bahwa Ketua Divisi HSI BERBAGI menyampaikan harapan agar ke depan orang tua atau wali anak yatim juga bisa dibekali skill praktis—seperti menjahit atau memproduksi barang jadi yang dapat dikembangkan dalam ekosistem internal HSI—agar mereka bisa berdaya secara finansial, yang tidak bergantung pada bantuan tahunan.

Biidznillah, saat ini tim HSI BERBAGI terus berupaya memikirkan rencana tersebut dan menjalin kolaborasi lintas program untuk menjembatani produksi dan pemasaran hasil karya para ibu yatim, tentu dengan memperhatikan aspek kualitas.

Tentunya, tim program mengajak seluruh masyarakat agar dapat berkontribusi. Semoga dengan kepercayaan yang terus terbangun, HSI BERBAGI diharapkan menjadi salah satu lembaga dipercaya untuk menyalurkan zakat dalam menebar manfaat yang lebih luas untuk umat.(sbn)