Leny Hasanah- Daksos
HSI BERBAGI mendukung dakwah sosial di pedalaman Mentawai bersinergi dengan para da’i untuk mengisi kajian sunnah bagi saudara muslim dan mualaf di sana. Foto-foto; Dok HSI BERBAGI
Mentawai, berbagi.hsi.id– Dakwah sunnah kini semakin kuat cahayanya menyinari pedalaman Kepulauan Mentawai, tepatnya di Dusun Pei-Pei dan Dusun Taileuleu, Desa Pasakiat Taileuleu, Kecamatan Siberut Barat Daya.
Dakwah yang berdasarkan ketulusan di dalam hati, untuk memperkuat iman atas petunjuk Al-Qur’an dan sunnahnya Rasulullah Muhammad Shalallahu alayhi wa sallam ini, berupa pengajian bagi para muslim dan mualaf di sana.
Alhamdulillah, atas izin Allah semangat menuntut ilmu agama itu muncul dengan dukungan HSI BERBAGI, lembaga filantropis yang selalu berikhtiar berbagi kebaikan dan kebahagiaan kepada sesama saudara muslim di mana pun berada.
“Kami sangat bersyukur dan senang. Pembagian sembako bulanan untuk jamaah pengajian mualaf Mentawai, khususnya di Dusun Pei-Pei dan Dusun Taileuleu telah dilaksanakan dengan lancar, dengan support dari HSI BERBAGI,” ungkap Ustadz Mardian Saputra, yang berperan aktif sebagai dai di dua dusun tersebut.
Tujuan dari kegiatan ini, menurut Ustadz Mardian, adalah untuk memperkuat aqidah para muslim Mentawai, terutama mereka yang baru memeluk Islam. Selain itu, bantuan sembako yang diberikan untuk membantu perekonomian jamaah. Sekaligus menjadi pemacu semangat mereka agar giat hadir dalam pengajian.
Ustadz Mardian menjelaskan, pembagian sembako terbagi dalam dua sesi acara. Di Dusun Taileuleu, pengajian diadakan di Masjid Al-Mutoihiri pada Ahad, 6 Oktober 2024 pukul 11.00, sedangkan di Dusun Pei-Pei, pengajiannya digelar di Masjid As-Sa’adah pada Selasa, 8 Oktober 2024 pukul 14.00 WIB, dengan masing-masing jamaah berjumlah 10 orang.
Jalan Dakwah Berliku
Pengajian ibu-ibu kini mulai berjalan lancar. Meski jumlahnya terbilang dengan jari, mereka tampak antusias belajar agama, yang akhirnya menginspirasi para mualaf untuk aktif mengikuti pengajian.
Perjalanan dakwah Ustadz Mardian di Mentawai ternyata penuh tantangan. Ia mengawali kiprahnya di Kepulauan Mentawai pada tahun 2021, tak lama setelah lulus dari Mahad Az-Zubair bin Al-Awwam, Padang. Melalui Forum Dakwah Siberut (FDS), Ustadz Mardian ditempatkan di Dusun Toloulaggo, Desa Katurai, dan mulai membina para mualaf melalui program pengajuan, serta Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) bagi anak-anak.
Di Kecamatan Siberut Barat Daya, terdapat tiga desa besar, yakni Pasakiat Teileuleu, Sagalubbek, dan Desa Katurai. Warga muslim di Toloulaggo hanya berjumlah sekitar 13 KK dari total 152 KK, sehingga Ustadz Mardian kemudian dipindahkan ke Dusun Pei-Pei, yang memiliki lebih banyak jamaah muslim, yaitu sekitar 45 KK.
Di lokasi baru ini, ia meneruskan program yang telah dijalankan di Toloulaggo—pengajian ibu-ibu mualaf, kelas hafalan Al-Quran, dan TPA. Namun, kendala muncul ketika kegiatan ibu-ibu sulit berlangsung karena kesibukan mereka. Sehingga fokus utamanya berpindah pada anak-anak dan pengajian umum.
Kehadiran pendatang dari luar Kepulauan Mentawai pada tahun 2023 membawa angin segar, karena banyak di antara mereka yang antusias belajar agama, yang akhirnya juga menginspirasi para ibu mualaf untuk aktif mengikuti pengajian.
Berikan Bantuan, Angkat Motivasi Mualaf
Meski antusiasme mulai tumbuh, Ustadz Mardian terus mencari cara agar jamaah lebih termotivasi. Berdasarkan saran dari rekan-rekan dai, ia mencoba memasukkan pembagian sembako dalam kegiatan pengajian.
Alhamdulillah, pada Juli 2024, Ustadz Mardian bertemu dengan Ketua Divisi HSI BERBAGI, Mujiman, yang saat itu sedang berada di Mentawai dalam acara khitanan massal di Provinsi Sumatra Barat. Setelah berdiskusi, Mujiman menyampaikan bahwa program pembagian sembako dalam pengajian ini sangat bagus. Tak menunggu lama, proposal pun dikirimkan ke HSI BERBAGI dan disetujui. Akhirnya, pengajian disertai pembagian sembako dimulai sejak Oktober 2024.
“Alhamdulillah, pengajian ibu-ibu berjalan lancar lagi. Kami juga lebih dapat memotivasi mualaf lokal, karena sebelumnya yang rutin hadir adalah muslim pendatang. Di dusun Pei-Pei dan Taileuleu masing-masing ada 10 jamaah,” ujar Ustadz Mardian.
Melihat antusiasme yang muncul, dirinya berharap HSI BERBAGI terus mendukung program dakwah ini agar dapat menambah semangat para jamaah. “Memang sembako awalnya jadi pemicu, Semoga ke depannya mereka termotivasi belajar dengan niat yang tulus, hingga akhirnya ibu-ibu datang untuk belajar agama tanpa diiming-imingi sembako lagi,” jelasnya meyakinkan.
Ustadz Mardian juga mengungkapkan bahwa jamaah sering menyampaikan terima kasih atas bantuan sembako ini. “Mereka bilang, ‘Terima kasih banyak pak ustadz, alhamdulillah, semoga rezekinya lancar, insyaallah nanti kami akan rajin datang pengajian,’” sambungnya.
Tantangan Dakwah di Mentawai
Perjalanan dakwah itu masih panjang, penuh perjuangan dan dukungan semua pihak agar cahaya sunnah menyinari bumi Sikerei, semoga….
Perjalanan ke pedalaman Mentawai menuntut ketabahan. Untuk mencapai Pei-Pei, Ustadz Mardian harus melalui perjalanan laut dari Padang ke Pelabuhan Siberut Selatan dengan kapal selama sekitar 11 jam, atau 4 jam dengan kapal cepat.
Setelah itu, perjalanan dilanjutkan dengan speedboat selama dua jam. Selain transportasi, Mentawai juga memiliki keterbatasan fasilitas seperti listrik yang hanya menyala di malam hari dan sinyal telekomunikasi yang sulit.
Di wilayah yang jauh dari pusat keramaian ini, Ustadz Mardian melihat kebutuhan mendesak akan pembinaan agama. Ia mengenang seorang ibu yang sudah memeluk Islam selama 20 tahun, namun belum hafal Al-Fatihah.
Selain itu, masjid yang ada di sana tak pernah mengumandangkan azan, serta tidak menyelenggarakan shalat Jum’at. Pengalaman ini mengajarkan kepadanya betapa besar kebahagiaan dalam berbagi ilmu Islam, meski dengan banyak ujian kesabaran.
Ketika pertama kali berdakwah pada tahun 2021 di Dusun Toloulaggo, Ustadz Mardian menjumpai berbagai pengalaman yang tidak ditemukan saat menimba ilmu. Ia harus beradaptasi dengan kondisi penduduk muslim yang masih membutuhkan bimbingan, seperti ibu berusia 50 tahun yang belum lancar bacaan shalat, atau mualaf yang belum memahami dasar-dasar agama meski sudah bertahun-tahun memeluk Islam.
“Ada juga masjid yang bertahun-tahun tak pernah mengumandangkan azan atau menggelar shalat Jum’at. Setahun pertama dakwah benar-benar menjadi pelajaran penting bagi kami, tentang kesabaran dan nikmatnya berbagi kebahagiaan Islam,” kenangnya.
Semoga dakwah di pedalaman Mentawai ini terus tumbuh dan memberikan dampak positif bagi masyarakat, serta menghadirkan ketenangan dan keberkahan di wilayah yang jauh dari pusat keramaian ini.(sbn)