Berjuang dalam Diam: Inilah Kisah Para Guru Penerima P2G 2025

By: hardi

Leny Hasanah- Program Peduli Guru

Ummu Hasan saat mengajar anak-anak di kampung halamannya yang jauh dari perhatian dan penuh kesederhanaan demi menebar ilmu dan memberi manfaat/ Foto-foto; Dok HSI BERBAGI.

NTB, hsi.berbagi.id– Di sebuah kampung yang tenang di pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, hidup seorang guru yang tak hanya mendidik di dalam kelas. Tapi, dia juga mengajar dengan keteladanan lewat kehidupan pribadinya. Adalah Ummu Hasan—seorang ibu, guru, sekaligus istri dari seorang guru ngaji yang juga berjuang menjalankan usaha mandiri untuk menopang hidup.

Tahun ini, Ummu Hasan kembali menjadi penerima manfaat Program Peduli Guru (P2G) HSI BERBAGI tahun 2025. Bukan untuk pertama kalinya menerima bantuan, tetapi rasa haru dan syukurnya tetap tidak berubah.

“Ini yang kedua kalinya. Sebelumnya saya juga menerima di tahun 2023,” ujarnya di tengah perjalanan safarnya dari Sumbawa ke Lombok, mengantar sang anak yang lulus di salah satu pondok pesantren sunnah di Lombok Timur, Rabu (9/7/2025).

Namun, di balik senyum dan rasa syukurnya, ada kisah getir yang ia simpan. Semua bermula dari sebuah niat baik: memenuhi pesanan paving block senilai Rp10 juta dari seorang teman. “Kami siapkan barangnya, tapi qadarullah, saat hendak diantar, pemesan minta ditunda. Sampai sekarang belum diambil,” kenangnya.

Uang muka yang sudah diterima lebih dulu habis untuk proses produksi. Barang yang menumpuk di tempat penyimpanan perlahan rusak, karena terlalu lama tidak digunakan. Di sisi lain, keuangan keluarga pun mulai terganggu.

Suaminya, yang sebelumnya berwirausaha membuat bata merah, sempat kehilangan alat produksi karena dicuri. Kemudian, mereka beralih ke mesin pencetak paving block, yang menjadi harapan baru—namun justru menjadi awal menanggung beban utang tak terencana.

“Awalnya kami tidak punya utang. Tapi sekarang, karena barang tidak diambil dan harus dijual sedikit-sedikit, keuangan pun jadi tidak menentu,” ujar Ummu Hasan bercerita dengan suara tertahan.

Di tengah situasi itu, atas izin Allah Subhanahu wa Ta’ala, bantuan dari P2G HSI BERBAGI datang seperti cahaya dalam gelap. Ummu Hasan menerima bantuan sebesar Rp6.489.000,00 yang digunakan untuk menutupi sebagian utang.

“Masyaallah, bantuan ini sangat bermanfaat, apalagi bagi kami yang bukan pegawai bergaji tetap,” ucapnya penuh haru.

Lebih dari sekadar nilai bantuan, Ummu Hasan merasakan bahwa program ini menguatkan kembali semangatnya sebagai guru, seorang pendidik yang terus menanam amal jariyah meski jauh dari sorotan.

Ia tak lupa menyampaikan pesan dan doa kepada para muhsinin dan tim HSI BERBAGI: “Jazaakumullaahu khairan katsiiran untuk kebaikan dan kemurahan hatinya. Program ini sangat bermanfaat bagi kami, para guru—terutama yang tinggal di pelosok negeri. Semoga Allah kumpulkan kita semua kelak di surga firdaus-Nya.”

Saat ditanya apakah program P2G ini penting bagi para guru, Ummu Hasan menjawab tanpa ragu. “Masyaallah, sangat bermanfaat. Karena para guru mendidik generasi masa depan. Program ini adalah bentuk apresiasi luar biasa untuk mereka.” ujar santri aktif HSI AbdullahRoy  ini meyakinkan.

Dari Guru TPA hingga Penggerak Program Bahasa Arab Anak

Abu Abdirrohman juga melakukan hal yang sama, mengajar dan mendidik anak-anak generasi umat demi tegaknya cahaya ilmu.

Tidak semua guru mengajar di ruang kelas ber-AC, berpapan tulis digital, dan murid-murid berseragam rapi. Di banyak sudut negeri ini, masih ada guru yang mengabdi dengan kesungguhan luar biasa—bahkan tanpa status formal sekolah. Salah satunya adalah Abu Abdirrohman, yang mengajar di TPA di Jawa Tengah.

Sudah lebih dari 10 tahun dirinya mendidik anak-anak dalam program TPA yang berkembang menjadi luar biasa. “Dulu modelnya seperti TPA kampung biasa, sekarang sudah ada program tahfidz, tahsin, bahasa Arab, hingga akselerasi Al-Qur’an,” ucapnya mengenang.

Semua perjuangan itu akhirnya bertemu jalan kebaikan. Seorang teman memberi informasi tentang Program P2G HSI BERBAGI, dan mendorongnya untuk mencoba mengajukan. “Saya bilang, saya hanya guru TPA, apa bisa? Teman saya jawab, ‘Dicoba saja dulu.”

Alhamdulillah, dari pengajuan itu, Abdirrohman mendapatkan bantuan sebesar Rp7.000.000. Bukan jumlah kecil bagi keluarga yang sedang berjuang dalam keterbatasan. Uang yang diterima, kemudian digunakan untuk membayar SPP anaknya, listrik, air, daftar sekolah anak, hingga kebutuhan sehari-hari.

“Masyaallah, program ini sangat membantu sekali. Saya merasakan manfaat dan bantuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” ucapnya.

Tak lupa dia juga menyelipkan doa; jazakumullahu khairan kepada HSI BERBAGI dan seluruh muhsinin. Bantuan tersebut menambah semangatnya untuk terus mendidik anak-anak kaum muslimin, dan memberikan manfaat dengan segala kemampuan yang dimiliki.

“Semoga Allah mudahkan dan berkahi program ini agar bisa terus membantu para guru dan pengajar yang benar-benar membutuhkan. Aamiin yaa Rabbal Alamiin,” ungkapnya bersemangat.

Kisah Ummu Hasan dan Abu Abdirrohman hanyalah sebagian kecil dari ratusan guru yang telah terbantu melalui P2G HSI BERBAGI. Mereka bukan sekadar pengajar, tapi penjaga akhlak generasi, yang terus menebar manfaat dalam diam dan kesederhanaan.

Mendukung Program Peduli Guru (P2G) adalah jalan menyemai kebaikan dan investasi jariyah, yang akan terus mengalirkan pahala. Insyaallah.(sbn)